19.32
Unknown
Tuhan maha berkehendak. Manusia hanya bisa meminta. Manusia berbuat apa
yg dianya dapat, Tuhan berbuat apa yg Dianya suka. Tuhan memberi hasil
tapi Ia melihat proses. Belum tentu usaha yg luar biasa menghasilkan
harapan manusia. Karena Tuhan maha berkehendak. Dan di balik semua itu
adalah hikmahnya. Innamaa amruhu idzaa araada syaian an yaquula lahu
'kun' fayakuunu.
Tapi jangan khawatir! Tuhan memang maha menguji... Tapi ia maha adil.
Sesungguhnya hikmah yang ada jauh lebih besar dari musibah yg kita
lihat. Orang bodoh selalu mencari alasan untuk mengeluh, orang cerdas
bersegera mencari sisi hikmah untuk tetap bersyukur, dan ia cenderung
cuek akan masalah (tidak terbebani) dan cenderung sabar.
Masalah sebenarnya bergantung pada cara pandang. Ia besar, bahkan lebih
besar dari sebenarnya karena cara pandang. Iapun kecil dan tak berarti
karena cara pandang. Dan sebenarnya masalah yg ada adalah sepersejuta
'titik' yang ada di hidup kita, karena ketahuilah... Otak dapat memuat
dunia. Itulah anugerah Tuhan yg membedakan manusia dari ciptaanNya yg
lain hingga ia dikatakan sebagai 'makhluk yg paling sempurna.'
Begitu pula nikmat bergantung pada cara pandang. Dengan cara pandang,
nikmat tidak berarti apa-apa, ataupun memberi kebahagian luar biasa
hingga tertanam sikap bersyukur di diri manusia. Itulah mengapa
dikatakan...
'Yang paling bahagia adalah yg paling pandai mengatur cara pandang.'
'Besarnya arti dan makna bergantung pada yg memaknai, bukan yg dimaknai.'